Tuesday, May 22, 2007

Kebersihan Hati

Pembersihan Jiwa
(Tazkiyatunnafs)

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni'mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan (yuzakkiikum, atau men-tazkiyah) kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)-Ku.” (Surah:2. Baqarah: 151-152)

"Orang jenius adalah yang mampu mengendalikan jiwa-nya dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan masa setelah kematian {orientasi ke depan]. Sementara orang bodoh adalah yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas pemberian Allah." (HR Thirmidzi).

"Siapa pun bisa marah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang bijak, bukanlah hal mudah." (Aristoteles).

Segala puji dan syukur bagi Allah Pencipta manusia dengan hati nuraninya yang demikian mempesona. Shalawat dan salam semoga tercurah senantiasa kepada qudwah hasanah kita tercinta pemilik hati termulia dan jiwa teragung, juga untuk keluarganya, para shahabat dan orang-orang yang berjiwa setia kepadanya.

Watak perjalanan hidup yang panjang dan kadang menjenuhkan memang menuntut persiapan matang. Khususnya kematangan jiwa, kedewasaan berpikir dan ketepatan sikap. Namun tidak setiap orang menyadari kepentingan ini, sebagai bagian terpenting khazanah pemikirannya. Termasuk seorang muslim, dimana perannya yang multi peran mengharuskannya agar selalu berada di garis depan dalam mengantisipasi berbagai permasalahan.
Hati dan Tazkiyah
Hati menempati posisi yang sangat strategis dalam kehidupan manusia. Rasulullah, shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lebih jauh mengatakan:“Istafti qalbaka” mintalah fatwa (nasehat dan saran putusan) kepada hatimu. Sementara Steven R. Covey menulis bahwa suara hati adalah salah satu dari empat anugerah Pencipta yang terbesar di samping kesadaran diri, kehendak bebas dan imajinasi kreatif.

Nampaknya paradigma (cara pandang) inilah yang mewarnai sebahagian besar taujih (arahan) dan irsyad (bimbingan) beliau yang agung. “Allahumma thahhir qalbahu wa hashshin farjahu” (Ya Allah, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya) adalah do’a beliau untuk permintaan sang pemuda yang meminta izin berzinah kepadanya. Setelah berlangsung dialog antara beliau dengan sang pemuda itu yang berakhir dengan kepuasan jiwanya atas bimbingan Rasulullah, shallaahu ‘alaihi wa sallam, yang demikian bijak.

Tazkiyah berarti membersihkan atau purification (purifikasi). Dalam psikologi dengan mudah tazkiyyah dapat dijadikan ukuran untuk perkembangan personality (kepribadian). Konsep-konsep Al-Quran mengenai kejiwaan, an-nafs al-amarah, an-nafs al-lawwamah, an-nafs al-mutma'innah, selain menjadi konsep ilmu tasawuf, dengan mudah dapat diturunkan menjadi konsep teoretis ilmu jiwa untuk mengukur kematangan seseorang. (paradigma Islam, Dr. Kuntowidjoyo, halaman 308).

Melihat betapa penting dan berartinya proses tazkiyah, maka sangatlah dipahami jika tazkiyah merupakan salah satu fungsi dan tugas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana tersurat secara eksplisit dalam surah dan ayat diatas.

Hati dan Kecerdasan
Selepas SLTA atau perguruan tinggi dan ketika mulai meniti karier di perusahaan-perusahaan swasta atau instans-instansi pemerintahan sebagai seorang profesional, kita banyak dikejutkan oleh teman-teman lama yang kini menyeruak kepermukaan jenjang kesuksesan, padahal; ketika di SLTA atau perguruan tinggi prestasi akademik mereka biasa-biasa saja bahkan ada yang di bawah kita. Tak pernah diduga bahwa si Yanto, (bukan nama sebenarnya), yang sewaktu di SMA termasuk basket mania, sehingga punya nilai paspasan kini menjadi seorang presenter di sebuah stasiun televisi swasta. Sementara si juara umum memiliki prestasi karier yang biasa-biasa saja. Faktor apa yang menyebabkan hal ini terjadi?

Menurut Daniel Goleman, Doktor lulusan Universitas Harvard, penulis buku Emotional Intelligence (1995), jawabannya terletak pada kemampuan mengendalikan diri, semangat, ketekunan, dan kemampuan memotivasi diri. ltulah inti dari Emotional Intelligence atau Emotional Quotient (EQ) yang kadang disebut juga kecerdasan sosial(Social Intelligence). Atau kecerdasan rohani, spiritual dan hati nurani.

Istilah yaqin, 'ainul yaqin, dan haqqul yaqin merupakan hasil pencerapan dari hati dan kepala. Yaqin adalah tingkat pembenaran hasil olahan otak terhadap berbagai informasi yang diterima dari luar; 'ainul yaqin adalah tingkat pembenaran oleh "kepala" berdasarkan fakta yang dilihat oleh "mata kepala" sendiri; sementara haqqul yaqin adalah tingkat pembenaran hasil check and recheck yang diamini oleh hati. Namun demikian, pikiran emosional dan rasional merupakan kemampuan-kemampuan yang semimandiri, masing-masing mencerminkan kerja jaringan sirkuit yang berbeda, namun saling terkait di dalam otak. (KAJIAN UTAMA ISHLAH, EDISI 77 TAHUN IV, 1997 halaman 8-11).

Jiwa, Iman dan Dzikrullah, Tiga unsur proses Tazkiah:
Pada hakikatnya, setiap jiwa seringkali mengarahkan kepada perbuatan irrasional, akibat dominasi pikiran emosional yang buruk terhadap pikiran rasional. Namun, orang yang beriman, selalu mewarnai jiwanya dengan cucuran rahmat dan Allah swt. dengan cara ber-dzikr tanpa henti. Dengan cara demikian, jiwa yang buruk (an-nafsul ammaratun bis suu') akan berubah menjadi jiwa yang kritis (an-nafsul lawwaamah, jiwa yang selalu mencela dan mengkritik manakala berbuat salah atau tertinggal bebuat baik) dan an-nafsul muthma'innah, yaitu jiwa yang senantiasa memotivasi diri agar melakukan pekerjaan-pekerjaan baik. Pada akhirnya, an-nafsul muthma'innah (pikiran emosional yang telah dirahmati Allah) senantiasa akan bekerja searah dan saling mendukung dengan pikiran rasional (otak).

Di sinilah rahasia mengapa Allah swt. memerintahkan setiap mu'min agar selalu memperkuat tali hubungan dengan Allah (QS Ali lmran: 101). Karena kita seringkali kurang atau tidak mempunyai kendali atas kapan kita dilanda nafsul amaratun bis suu' (nafsu amarah). Ilustrasi sederhana tentang orang yang dikuasai nafsu amarah dibanding dengan orang yang telah mampu mengendalikan hawa nafsunya (an-nafsul muthma'innah) adalah sebagai berikut. Seseorang sedang mengemudi di jalan tol dengan santai. Tiba-tiba pengemudi mobil lain dengan sembrono nyaris menyerempet mobil orang tersebut.

Bila pikiran orang tersebut lepas dari kendali dzikir, sehingga memicu munculnya nafsu amarah, maka bisa diduga orang itu akan mengumpat, "Sialan! Dia hampir saja menabrakku! Aku tak akan membiarkannya begitu saja!" Serta-merta ruas-ruas jari yang menggenggam kemudi mengencang, seakan-akan sedang mencekik leher orang yang baru menyalipnya. Jantung berdegup kencang dan otot-otot di wajah tersetel untuk menampilkan raut wajah bersungut-sungut.

Namun, bila orang tersebut senantiasa menghubungkan pikiran dan hatinya (rasio dan emosinya) dengan Allah (dzikir), maka orang itu akan berprasangka baik (husnuzh- zhan) terhadap si pengemudi yang menyalipnya. "Barangkali ia tidak melihatku, atau ia punya alasan kuat mengapa mengemudi begitu ngawur, siapa tahu ada keadaan darurat medis. Atau dia tengah menghadapi krisis waktu, sehingga ia mengemudi tergesa-gesa." Sikap husnuzhzhan akan mampu menundukkan amarah kemudian menggantinya dengan sikap kasihan. Tentang hal ini, Benyamin Franklin berkata: "Nafsu amarah itu muncul tak pernah tanpa alasan, tapi amat sedikit yang alasannya benar." (KAJIAN UTAMA ISHLAH, EDISI 77 TAHUN IV, 1997 halaman 8-11).

Kiat membersihkan Hati Nurani:
Inilah beberapa masalah penting yang berkaitan dengan hati serta kiat membersihkannya:
1.Tidak ada siksaan yang lebih besar yang ditimpakan kepada seorang hamba selain hati yang keras dan jauh dari Allah
2.Neraka diciptakan untuk mencairkan hati yang keras.
3.Hati yang paling jauh dengan Allah ialah hati yang keras.
4.Jika hati menjadi keras, maka mata pun menjadi liar.
5.Kekerasan hati bersumber dari empat perkara, yaitu selagi dilakukan hingga melebihi kebutuhan: Makan, tidur, berkata dan bergaul.
6.Selagi badan sakit, maka tak ada manfaatnya makanan dan minuman. Begitu pula hati yang sakit karena syahwat, maka tidak ada gunanya nasihat dan peringatan.
7.Siapa yang menginginkan agar hatinya bersih, maka hendaklah dia lebih mementingkan Allah daripada syahwatnya.
8.Hati yang berkait dengan syahwat akan terhalang dari Allah, tergantung dari seberapa jauh keterkaitannya itu.
9.Hati adalah bejana Allah di dunia. Andaikan manusia mengisinya dengan Allah dan hari akhirat, maka hati itu pun menjadi bening dengan makna-makna kalam Allah dan ayat-ayatNya, lalu pemiliknya akan mendapatkan hikmah yang mengagumkan.
10.Jika hati disuapi dengan dzikir, diairi dengan tafakkur dan dibersihkan dari noda, pemiliknya tentu akan melihat berbagai macam keajaiban dan dia diberi ilham hikmah.
11.Tidak setiap orang yang tampak memiliki ma'rifah dan hikmah adalah orang yang benar-benar memilikinya. Tapi orang yang memiliki ma'rifah dan hikmah adalah orang yang menghidupkan hatinya dengan cara membunuh hawa nafsu. Sedangkan orang yang membunuh hatinya dan menghidupkan hawa nafsu, maka ma'rifah dan hikmah akan menghindar dari lidahnya.
12.Kehancuran hati karena merasa aman dan lalai, sedangkan kemakmurannya karena rasa takut dan dzikir.
13.Jika hati menghindari hidangan dunia, maka ia akan duduk di hadapan hidangan akhirat bersama orang-orang yang menyeru kepada akhirat. Jika hati ridha terhadap hidangan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan hidangan akhirat.
14.Kerinduan kepada Allah dan bersua dengan-Nya merupakan angin sepoi-sepoi yang berhembus di dalam hati, menjadikan dunia bersinar terang.
15.Siapa yang meletakkan hatinya di sisi Allah, maka dia akan merasa tenang, dan siapa yang melepaskan hatinya di tengah manusia, maka dia akan gundah gulana.
16.Cinta kepada Allah tidak akan masuk ke dalam hati yang mencintai dunia, kecuali seperti masuknya onta ke lubang jarum.
17.Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan mengatur jiwanya, membuat hamba itu mencintai-Nya dan memurnikan ibadahnya, sehingga dia menyibukkan diri bagi Allah, menyibukkan lidahnya dengan dzikir dan menyibukkan anggota tubuhnya untuk pengabdian kepada-Nya.
18.Hati bisa sakit sebagaimana badan yang juga bisa sakit. Penawar sakit hati adalah taubat dan menjaganya. Hati bisa suram sebagaimana cermin yang juga bisa suram. Untuk membersihkannya ialah dengan dzikir. Hati bisa telanjang sebagaimana badan yang juga bisa telanjang. Hiasannya adalah takwa. Hati bisa lapar dan dahaga seperti halnya badan. Adapun makanan dan minuman hati adalah ma'rifah, cinta, tawakal dan pasrah kepada Allah. (Diadaptasi dari “Mendulang Faidah dari Lautan Ilmu, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, halaman 169-170).

Puasa & Perilaku

SHAUM DAN PERUBAHAN PERILAKU
DALAM NAUNGAN AL-QUR-AN
Suatu pendekatan Ruhiyyah (Spiritual -Emosional) dan Fikriyyah (Intelektual)
Disadur dari Fii Dzilaali al-Qurán karya Al-Imam Sayyid Quthb



Shaum merupakan sarana memantapkan:
irodah qawiyyah hazimah (keinginan kuat dan bulat);
ittishol (hubungan) manusia dengan Ar-Rabb dalam nuansa keterikatan tha'ah dan inqiyad (patuh dan nurut),
sarana isti’la (mengatasi) tuntutan-tuntutan seluruh tubuh,
ihtimal (menanggung) tekanan dan bebannya, dan
itsar (mementingkan) keridloan hati dan kesenangan di sisi Allah.

Semua adalah unsur-unsur keharusan dalam i'dadun nafsi (penyiapan jiwa) untuk mengemban beban kendala perjalanan yang dihampari berbagai hambatan dan duri, di sisi-sisinya tercecer hasrat dan syahawat serta ribuan pemikat membisiki para penjelajahnya. Di samping itu, sepanjang perputaran waktu masih banyak sejumlah peninggalan faidah dalam fungsi tubuh yang baru terungkap. Namun, saya tidak tertarik untuk mengomentari faridloh (kewajiban dan titah Allah) dan taujihat (instruksi- instruksi) ilahiyyah -khususnya- dalam masalah ibadah dengan faidah-faidah inderawi yang tampak di depan mata, karena hikmah ashilah (hikmah mendasar dan essensial) dalam 'ibadah adalah "menyiapkan eksistensi manusia untuk peranannya di bumi dan mempersiapkannya demi kesempurnaan yang ditentukan baginya dalam kehidupan akhirat".

Walaupun demikian saya tidak bermaksud menafikan catatan dan sains yang mengungkap berbagai manfaat dari kewajiban dan instruksi ini, mengingat mafhum (pemhaman) adalah bagian dari tadbiir ilahi (pengaturan Allah) untuk keberadaan manusia secara keseluruhan dalam setiap yang dititahkan dan diinstruksikanNya, tanpa mengomentari hikmah taklif ilahi (titah Allah) dengan hal-hal yang ditemukan manusia, karena medan ilmu tersebut sangat terbatas, tidak memadai untuk menjangkau hikmah Allah dalam setiap yang ditetapkan-Nya baik bagi eksistensi manusia atau al-Kaun (alam semesta).

"Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu shiam, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu; mudah-mudahan kamu bertaqwa. (Shiam itu) beberapa hari yang tertentu (29 atu 30). Barangsiapa yang sakit di antara kamu atau dalam perjalanan, maka shiamlah pada hari yang lain. Dan bagi orang-orang yang kuat shaum, tetapi amat berat melakukannya, (wajib) membayar fidyah, (dengan memberi) makan seorang miskin. Barangsiapa mengerjakan sukarela (sunnat), maka itu amat baik baginya. Dan shaum itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Shiam itu) pada bulan Ramadlan yang diturunkan al-Qur- an pada bulan itu untuk petunjuk bagi manusia dan beberapa keterangan dari petunjuk dan membedakan antara yang haq dengan yang bathil,. Barangsiapa yang hadir di antara kamu di bulan itu hendaklah ia shaum. Darangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan, maka shaumlah pada hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tiada menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu sempurnakan bilangan bulan itu dan hendaklah kamu besarkan Allah, karena petunjuk-Nya kepadamu; dan mudah- mudahan kamu bersyukur kepada-Nya." (QS. 2; 183-185).

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui bahwa taklif (ketentuan dan titah) adalah perkara di mana manusia membutuhkan pertolongan, dorongan dan sentuhan untuk meyadari dan memenuhinya. Bagaimanapun hikmah dan manfaatnya, sehingga ia merasa puas dan segar karenanya. Oleh sebab itu, Allah mengawali titah ini dengan panggilan kecintaan kepada orang-orang beriman dengan menyebut esensi hakikat mereka, -sesudah memanggilnya dengan panggilan (kehormatan) ini- Dia menetapkan bahwa shaum adalah kewajiban terdahulu atas orang-orang beriman kepada Allah di setiap din, ghayah (puncak tujuan) awalnya adalah
i'dadu qulubihim (menyiapkan hati mereka) untuk taqwa,
syafafiah (kebeningan),
hasasiah (sensitifitas dan kepekaan) dan
khasyyah (rasa takut) kepada Allah.

"Hai orang-orang beriman telah diwajibkan kepadamu shiam seperti telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah- mudahan kamu bertaqwa."

Demikianlah, ghayah (Tujuan akhir) yang besar ini muncul dari shaum, yaitu taqwa. Taqwa adalah yang bangkit dalam hati saat ia menunaikan kewajiban ini karena tha'ah kepada Allah dan mendahulukan ridlo-Nya. Taqwalah yang menjaga hati ini dari pengrusakan shaum oleh kema'shiatan. Orang-orang yang diajak bicara dengan al-Qur-an ini mengetahui kedudukan taqwa di sisi Allah dan timbangan dalam neraca-Nya, itulah ghayah yang selalu dipantau ruh mereka, dan shaum adalah salah satu sarana dan jalan untuk menujunya di hadapan mata mereka, dari sanalah ungkapan ini mengangkat ruhnya ke suatu tujuan bersinar yang mereka gapai lewat jalan shiam
"mudah-mudahan kamu bertaqwa ( لعلكم تتقـون )."

Untuk kedua kalinya Allah menetapkan bahwa shaum hanyalah hari-hari tertentu saja, bukan kewajiban seumur hidup dan titah sepanjang masa, demikian pula orang-orang yang menderita penyakit dimaafkan (tidak) menunaikannya sampai sembuh, dan yang dalam suatu perjalanan sampai kembali ke negrinya, sebagai realisasi dan kemudahan:

"(Shaum itu) beberapa hari tertentu, Barangsiapa yang sakit di antara kamu atau dalam perjalanan, maka shaumlah pada hari-hari yang lain..."

Zhahir nash (teks) mengenai maradl (penyakit) dan safar (perjalanan) ini dilepaskan (muthlaq) dan tidak dibatasi. Penyakit dan perjalan apa saja membolehkan seseorang berbuka, dan si sakit mengqodlo ketika sembuh dan yang dalam perjalanan ketika kembali. Inilah yang diprioritaskan dalam memahami nash qur-ani yang muthlaq ini, dan ini yang lebih mendekati mafhum islami tentang rof'ul haraj (menghapus kesulitan) dan man'udl Dloror (mencegah bahaya), bukan syiddatul Maradl (keparahan penyakit) dan masyaqqatus Safar (lelah dan capenya perjalanan) yang mengikat (kemuthlakan) hukum, melainkan (hakikat) penyakit dan perjalanan itu secara muthlaq, karena masih banyak rahasia-rahasia lain yang diketahui Allah sementara tidak diketahui manusia dalam penyakit dan perjalanan ini; bahkan terkadang ada masyaqqat (kesulitan) lain yang luput dari perhatian kita dan kemampuan manusia...

Selama Allah tidak mengungkap 'illah (alasan) hukum, maka kita tidak mena'wilkannya, tapi kita taati nash-nash tersebut walaupun hikmahnya tersembunyi, mengingat di balik (hukum) itu ada sejumlah penggalan hikmah, dan bukan keharusan kita mengetahuinya. Pendapat (berikut) ini mengkhawatirkan; kaum pencari dispensasi (rukhshah) menggunakannya untuk keringanan secara gegabah dan diabaikannya 'ibadah-'ibadah yang wajib hanya karena alasan picik, sehingga membuat kalangan fuqaha ekstra keras dalam sikap dan membuat persyaratan. Namun -menurut keyakinan saya- tidak dibenarkan taqyid (mengikat) suatu masalah yang telah dimuthlakan oleh nash, karena ad-Din tidak menuntun manusia kepada ketha'atan dengan rantai melainkan dengan ketaqwaan.

Secara spesifik ghayah dari 'ibadah ini adalah taqwa, dan sejak awal seseorang yang luput melaksanakan kewajiban di bawah tirai dispensasi (rukhshah) tidak ada kebaikan untuknya, karena ghoyah pertama penunaian kewajiban ini tidak terealisir. Din ini adalah din Allah bukan din manusia, Allah Maha mengetahui keterpaduan din ini; antara pos-pos keringanan (rukhshah) dan pos-pos keketatan; terkadang di balik rukhshah terdapat satu pos kemashlahatan yang hanya terealisir dengan rukhshah tersebut, bahkan masalahnya harus demikian, oleh karena itu RasuluLlah Shallallahu 'alai wa sallam memerintahkan agar kaum muslimin mengambil rukhshah-rukhshah Allah yang telah diringankan-Nya.

Apabila terjadi kerusakan manusia, maka pembenahan mereka bukan lewat sikap keras dalam hukum akan tetapi lewat pembenahan
tarbiyatul qulub (pendidikan hati) dan
ihya-ut Taqwa fi arwahihim (menghidupkan kembali ruh ketaqwaan dalam ruh mereka).
Jika sikap keras dalam hukum mu'amalah (hubungan dan pergaulan antar manusia) sebagai 'ilaj (pengobatan) prepentif dan saddudz Dzari'ah (tindakan tolak bahaya) di saat rusaknya manusia dapat dibenarkan, lain halnya dalam masalah syi'ar 'ibadah, karena itu merupakan perhitungan antara seorang hamba dan Rabb yang tidak terkait langsung dengan kepentingan-kepentingan manusia sebagaimana hukum-hukum mu'amalat yang harus memperhatikan zhahirnya, sedangkan kezhahiran dalam 'ibadah tidak dapat dipetik selama tidak dibangun di atas ketaqwaan hati.

Apabila ketaqwaan ditumbuhkan, maka seseorang tidak akan menoleh dan tidak akan menggunakan rukhshah kecuali di saat hatinya ridlo dan melihatnya sebagai yang utama, serta merasakan bahwa tha'at kepada Allah dalam kondisi yang tengah dihadapinya terdapat pada pengambilan rukhshah tersebut. Adapun sikap berlebihan dalam hukum 'ibadah atau kecenderungan untuk menyempitkan kemuthlakan rukhshah yang telah dibuat muthlaq oleh nash-nash, secara keseluruhan terkadang mengesankan haraj (kesulitan dan sesak dada) bagi sebahagian yang merasakan keberatan, disaat yang tak banyak manfaat untuk meluruskan kaum pencari rukhshah secara gegabah.

Apapun kondisinya, yang prioritas adalah kita mengambil perkara dengan gambaran yang dikehendaki Allah dalam din ini, karena Dia Maha Pasti dan Maha Tahu akan segala kemashlahatan yang ada di belakang rukhshah dan 'azimah (asal hukum semula) baik dekat maupun jauh. Tetapi, pegangan akhir dalam masalah shaum di perjalanan adalah sunnah untuk berbuka tanpa terikat dengan perolehan masyaqqah (rasa sulit dan lelah) akibat melakukan shaum. Ada pun mengenai penyakit, saya tidak menemukan apa-apa selain pendapat para fuqaha, yang jelas hal itu muthlaq dalam setiap kategori penyakit tanpa ada pembatasan dalam jenis, kadar dan kekhawatiran akan semakin parahnya, disertai kewajiban qodlo setiap hari demi hari dalam masalah penyakit dan perjalanan, tanpa keharusan terus menerus menurut pendapat yang terunggul di hari-hari qlodo ( di luar bulan Ramadlon).

Saya memaparkan hal ini bukan untuk melibatkan diri dalam perselisihan fiqhiyyah, tetapi hanya untuk memastikan suatu qa'idah (landasan) dalam memandang syi'ar-syi'ar ibadah dan keterkaitannya yang erat kuat dengan pembinaan suatu kondisi perasaan yang merupakan ghoyah yang perlu diprioritaskan. Kondisi inilah yang memandu suluk (prilaku) seseorang yang beribadah, inilah sandaran pertama tarbiyah jiwanya, dan kebaikan menunaikan 'ibadah serta prilakunya dalam kehidupan. Ini di satu sisi,di sisi lain,
hendaknya kita mengambil din ini -seperti yang dikehendaki Allah- dengan seluruh ketentuannya atas dasar tha'ah dan taqwa, dan
mengambil secara integral baik 'azimah maupun rukhshahnya dengan keterpaduan dan penataan yang rapi, dalam susunan thuma-ninah (ketenangan) kepada Allah, yaqin akan hikmah-Nya, dan merasakan ketaqwaan kepada-Nya.

Selanjutnya kita kembali menyempurnakan perjalanan (ayat ini): "...Dan bagi orang-orang yang kuasa bershaum, tetapi amat berat melakukannya, (wajib) memberikan fidyah, (dengan memberi) makan seorang miskin. Barangsiapa mengerjakan sunnat, maka itu amat baik baginya. Dan shaum itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui."

Semula ketetapan shaum cukup membebani kaum muslimin -ia diwajibkan pada tahun ke dua hijriyyah sesaat sebelum kewajiban jihad-, lalu Allah membuat rukhshah bagi orang yang mampu shaum dengan susah payah, itulah yang ditunjuk yuthiiquunahu, al-Ithaaqah berarti menanggung dengan sangat payah, Allah jadikan rukhshah ini yaitu berbuka disertai dengan memberi makan ke pada si miskin. Kemudian Allah mentahbib (merangsang agar cinta) sukarela (tathawwu' atau sunnah) dengan memberi makan kaum miskin secara total, baik sukarela tanpa fidyah (tebusan) atau dengan melebihi batas fidyah seperti memberi makan kepada dua, tiga orang atau lebih setiap hari berbuka di bulan Ramadlon. "Barangsiapa mengerjakan sunnat, maka itu amat baik baginya."

Berikutnya Allah mentahbib (merangsang) untuk memilih shaum walaupun masyaqqah (berat dan sulit bagi siapa saja) selain dalam perjalanan dan menderita penyakit. "Dan shaum itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." Karena dalam kondisi seperti ini shaum memiliki nilai amat baik. Nampak bagi kita unsur
tarbiyatul irodah (mendidik hasrat dan keinginan),
taqwiyatul ihtimal (memperkuat daya pikul) dan
itsar (mendahulukan) 'ibadah kepada Allah dari pada bersantai-santai.
Semua ini dituntut dalam proses tarbiyah islamiyyah, sebagaimana nampaknya sejumlah keistimewaan medikal bagi kita dalam shaum -bagi selain penderita penyakit- walaupun yang shaum ini menderita kepayahan. Maka sudah seharusnya bersyukur kepada Allah atas ni'mat al-Qur-an ini dengan istijabah (menunaikan) shaum bulan yang dutunkan di dalamnya al-Qur-an.

"(Shaum itu) pada bulan Ramadlon yang diturunkan al-Qur- an pada bulan itu untuk petunjuk bagi manusia dan beberapa keterangan dari petunjuk dan membedakan antara yang haq dengan yang bathil. Barangsiapa yang hadir di anatra kamu di bulan itu maka hendaklah ia shaum..."

Ini adalah ayat yang menasakh (menghapus) rukhshah berbuka dan fidyah bagi yang sehat dan muqim (tidak dalam perjalanan) selain orang tua jompo baik laki maupun wanita. Sebagaimana yang telah kita lewati; "Barangsiapa yang hadir di antara kamu di bulan itu maka hendaklah ia shaum..." Maksudnya, siapa saja diantara kamu yang hadir di bulan itu selain musafir (orang yang dalam perjalanan), atau melihat di antaramu hilal (bulan sabit) bulan ini dan yang yakin menyaksikan hilal dengan sarana lain apapun adalah seperti yang menyaksikannya dalam hal kewajiban shaum sejumlah hari dalam Ramadlon. Ketika ini merupakan nash yang bersifat umun, maka kembali untuk mengecualikan orang sakit dan orang dalam perjalanan: "Barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan, maka shaumlah pada hari yang lain..."

Tahbib (rangsangan) yang ke tiga; adalah mengenai pelaksanaan kewajiban ini dan penjelasan rahmat Allah dalam taklif dan rukhshah secara bersamaan: "Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tiada menghendaki kesukaran." Ini adalah qa'idah terbesar dalam ketentuan-ketentuan aqidah secara keseluruhan, semua dimudahkan tanpa kesukaran, itu diwahyukan untuk hati yang meni'matinya dengan kemudahan dalam mengambil seluruh kehidupan. Jiwa seorang muslim dicetak dengan watak khusus yaitu samahah (kemudahan dan toleransi) tanpa mempersulit diri (takalluf) dan tanpa komplikasi (ta'qid). Samahah yang menyertai penunaian setiap titah, kewajiban dan aktifitas kehidupan yang serius, laksana tempat saluran air mengalir dan tumbuhnya pohon menjulang dalam thuma’ninah (ketenangan), tsiqah (kepercayaan penuh) dan ridlo (kerelaan hati) disertai nuansa perasaan yang kontinyu akan rahmat Allah dan kehendak-Nya kepada kemudahan bukan kesukaran begi hamba-hamba-Nya yang mu-min.

Allah menjadikan shaum di hari-hari lain bagi si musafir dan penderita penyakit agar yang mudlthorr (dalam emergensi ini) berkesempatan menyempurnakan jumlah hari bulan ini sehingga ia tidak kehilangan pahalanya. "Hendaklah kamu sempurnakan bilangan bulan itu." Atas dasar ini shaum merupakan keni'matan yang berhak mendapat takbir (membesarkan) dan syukr (terima kasih kepada Allah: "... dan hendaklah kamu besarkan Allah, karena petunjuk- Nya kepadamu; dan mudah-mudahan kamu berterima kasih kepada- Nya."

Ini adalah salah satu ghoyah suatu kewajiban, agar orang-orang beriman merasakan nilai hudan (petunjuk) yang dimudahkan Allah, mereka menemukan semua ini dalam dirinya di saat shaum secara lebih banyak dari pada di saat-saat lain. Mereka terjaga hatinya dari pikiran kema'shiatan, dan terpelihara anggota tubuhnya dari perbuatan tersebut. Mereka merasakan hudan itu dalam keadaan tersentuh dan dapat diraba, agar mereka bertakbir kepada Allah atas petunjuk ini, bersukur kepada-Nya atas ni'mat ini, dan hatinya kembali ke hadlirat-Nya dengan tha'ah ini, seperti yang Dia firmankan dalam pembahasan shiam; "mudah-mudahan kamu bertaqwa."

Demikianlah anugerah (minnah) Allah tampak dalam titah ini yang tampil terkesan berat bagi tubuh dan jiwa, ghoyah tarbawiyyah (tujuan akhir edukatif) tampak transparan, di baliknya terdapat suatu penyiapan peranan agung di mana ummat ini telah dikeluarkan untuk memerankannya , dengan pelaksanaan yang dikawal ketaqwaan, muroqobatullah (pengawasan Allah) dan hasasiyyah (sensitifitas dan kepekaan) jiwa.

Sebelum rangkaian penjelasan hukum secara rinci tentang waktu-waktu shaum, batas makan minum dan imsak (menahan atau mulai berpuasa) berlanjut... kita menemukan suatu lirikan ke lubuk jiwa dan rahasia hati yang cukup mengagumkan. Kita menemukan suatu penggantian yang sempurna, dicintai dan disenangi dari lelahnya shaum, dan balasan yang segera atas istijaabah (memenuhi panggilan dan seruan) Allah. Kita menemukan ganti dan balasan itu dalam qurb minallah (dekatnya diri kepada Allah), dan pengabulan Dia bagi do'a kita... yang digambarkan oleh kata-kata lembut dan bening hampir bersinar:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. 2;186).

Sumber: “Fii Dzilaali al-Qur’an”, halaman 156-157

Bayi Prematur

Perawatan Bayi Prematur

Oleh :Eko Sundari Akhadiyatun
NIM: 0701100383
(Mahasiswa Managemen Pendidikan Pascasarjana UNMUL)



Melahirkan bayi prematur bukanlah kehendak para orangtua,terutama ibu.Karena merawat bayi prematur tidak mudah.Dibutuhkan kesabaran dan kecermatan yang ekstra dari kedua orangtuanya. Seperti dikatakan dr Toto Wisnu Hendarto, spesialis anak dari Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Jakarta, ibu-ibu yang melahirkan bayi prematur memang cenderung menunjukkan reaksi yang berlebihan. Seperti shock, panik, dan tidak bisa menerima keadaan. Hal itu tentu saja tidak baik. Ibu-ibu yang melahirkan bayi prematur seharusnya ikhlas menerima kenyataan, agar bisa merawat bayinya dengan baik.
Setiap tahun, sekitar 10-15% bayi lahir prematur atau sebelum waktunya. Umumnya bayi yang lahir prematur akan memiliki banyak problem pascalahir. Dengan demikian, Bayi prematur memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan bayi yang lahir normal atau cukup bulan.(Rudi)
Rudy mencatat, bayi prematur yang masa di kandungannya hanya 36-37 minggu mempunyai angka kematian 5 kali lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Sedangkan bayi yang usia kandungannya hanya/di bawah 32 minggu maka angka kematiannya lebih tinggi lagi, yaitu 45 kali lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan banyak organ tubuh bayi yang belum berkembang sempurna sehingga banyak sekali gangguan yang terjadi di dalamnya. Semakin cepat kelahiran berarti semakin muda masa kehamilan dan semakin muda organ tubuh bayi.
Dr.Hari Martono ,SpA mengatakan bayi prematur adalah bayi yang belum cukup bulan.Belum cukup bulan berdasarkan kesepakatan WHO dibagi menjadi tiga yaitu : kurang bulan (bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu ) ;sangat kurang bulan (bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu) ; amat sangat kurang bulan (bayi yang lahir pada usia 28 minggu).Sedangkan Bayi prematur menurut dr.Toto Wisnu Hendarto,SpA adalah bayi yang lahir kurang bulan menurut masa gestasinya (usia kehamilannya). Adapun masa gestasi normal adalah 38-40 minggu. Jadi bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum masa gestasi si ibu mencapai 38 minggu. Bayi prematur biasanya dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: bayi prematur sedang (bila bayi lahir pada masa gestasi 35-37 minggu; sangat prematur (bila bayi lahir pada masa gestasi 30-34 minggu); amat sangat prematur (bila bayi lahir pada masa gestasi 25-29 minggu).
Penyebab bayi lahir prematur
Penyebab bayi prematur kadang-kadang bisa diidentifikasi, tetapi seringkali justru tidak pasti. Tapi secara umum menurut dr. Toto Wisnu Hendarto,SpA ada tiga faktor penyebab kelahiran bayi prematur, yakni:1.Faktor si ibu sendiriAda beberapa kemungkinan terjadinya kelahiran bayi prematur yang disebabkan faktor si ibu, antara lain si ibu pernah mengalami keguguran (abortus) atau melahirkan bayi prematur pada riwayat kehamilan sebelumnya. Kemungkinan lainnya adalah lemahnya bagian bawah rahim atau di sekitar mulut rahim (serviks) sehingga rahim akan terbuka sebelum usia kehamilan mencapai 38 minggu.Bisa juga karena kelainan bentuk rahim, misalnya uterus lebih berbentuk seperti hati dan bukan seperti buah pear, atau uterus terpisah menjadi dua ruang (Uterus Bifidus). Ada pula kelahiran prematur karena Polyhydramnion (cairan ketuban melebihi jumlah normal). Polyhydramnion menyebabkan tekanan yang kuat pada dinding rahim sehingga terjadi kelahiran prematur. Usia ibu yang sangat muda (kurang dari 16 tahun) saat hamil bisa juga memicu kelahiran prematur. Sebab biasanya hal tersebut menyebabkan perawatan kehamilan yang kurang sempurna. Kelahiran prematur kadangkala juga berkaitan dengan konsumsi makanan, merokok bahkan kadang-kadang berhubungan dengan obat dan alcohol.2. Keadaan plasentaPada keadaan ini plasenta terlepas sebelum saatnya (Solutio Placentae) dan karena plasenta terletak lebih rendah dari mulut rahim atau menutupi mulut rahim (Placentae Previae).3. Adanya infeksi seperti infeksi saluran kemih
4. Bahan insektisida DDT .
Penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan menilik tingginya angka kedua kasus tersebut pada akhir tahun 1950an dan awal tahun 1960an, di Amerika.Kesadaran itu baru muncul setelah mendapatkan sorotan dari National Institute of Environmental Health Sciences bersama tiga organisasi lainnya. Mereka mencermati sample darah yang tersimpan dari kurang lebih sebanyak 2.400 wanita yang pernah melahirkan prematur atau melahirkan bayi dengan bobot di bawah normal antara tahun 1959 -1966.Hasilnya, hampir 25% dari wanita tersebut memiliki kandungan DDT yang telah terurai pada darahnya lima kali lebih besar dari kadar normal saat ini(Matthew Longnecker, M.D., Sc.D.) .

Gangguan pada bayi prematur

Dibanding bayi yang lahir normal, bayi prematur memang cenderung bermasalah. Imaturnya masa gestasi menyebabkan imaturitas (ketidakmatangan) pada semua sistem organnya, misalnya pada sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem peredaran darah (jantung), sistem pencernaan dan penyerapan (usus), dan sistem saraf pusat (otak). Imaturitas pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi prematur cenderung mengalami kelainan-kelainan dibanding bayi normal.(dr Toto Wisnu ,SpA) Adapun kelainan-kelainan yang kerap terjadi pada bayi prematur adalah:1. Perdarahan otak.
Ini biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi prematur yang
lahir kurang dari 34 minggu. Karena perdarahan otak inilah bayi prematur biasanya
tumbuh menjadi anak yang relatif kurang cerdas dibanding anak yang lahir normal.2. Sindrom gangguan pernapasan
Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru sehingga jumlah surfactant
(cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Hal ini menyebabkan paru-paru tidak
dapat berkembang sempurna.3. Kelainan jantung
Dalam hal ini yang sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus (adanya hubungan
antara aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju ke paru-paru).4. Kelainan usus
yang disebabkan imaturitasnya dalam menerima nutrisi.5. Anemia.6. Infeksi.7. Kerap terjadi juga, bayi prematur tidak mampu minum sebagaimana mestinya.
Ini disebabkan karena masih lemahnya reflek hisapnya. Biasanya, reflek hisap
didapatkan setelah usia kehamilan mencapai 36 minggu. Sehingga bayi prematur
dengan usia kehamilan di bawah 36 minggu perlu perawatan khusus untuk membantu
dia mengasup nutrisi.8.Mata juling
9. Terancam Kesulitan Belajar
10.Ketidakmampuan dan kesulitan belajar
'The Epicure' melakukan studi atas 1.200 bayi yang dilahirkan sebelum 26 pekan dari
38 pekan yang seharusnya dilalui oleh seorang ibu dalam masa kehamilan.Setengah dari
bayi prematur ini terancam terkena kesulitan belajar maka sepertinya diperkirakan
memerlukan kacamata. Saat sang bayi prematur ini tumbuh dewasa, maka pada usia 6
tahun resiko ini akan mengalami kenaikan dua kali lipat. Studi The Epicure didasari atas
monitoring bayi yang dilahirkan di Inggris dan Irlandia pada tahun 1995 khususnya bayi
yang dilahirkan sebelum kehamilan memasuki pekan ke-26. The Epicure menyatakan
bahwa publikasi yang mereka berikan dengan tujuan agar para orangtua bisa mengerti
masalah yang akan dihadapi oleh anak mereka yang dilahirkan secara prematur. Untuk
bayi laki-laki resiko terkena sejumlah masalah itu akan 2.4 kali lebih tinggi ketimbang
bayi perempuan.

Perawatan bayi prematur

a. Di Rumah sakit
1. Dimasukkan dalam inkubator,untuk menjaga suhu bayi tetap stabil ,sebagaimana
suhu di dalam kandungan ibu.
2. Pencegahan infeksi,dikarenakan mudahnya bayi prematur terinfeksi yang akan
berdampak fatal
3. Minum cukup ,ketika si bayi belum bisa menghisap ,minum susu dilakukan dengan
sonde yang dipasang di hidung sampai lambung.
4. Memberikan sentuhan dan belaian dari kedua orang tuanya setiap hari agar
terbangun ikatan emosi antara bayi dan orangtua.Menurut penelitian bayi prematur
yang sering disentuh ibunya akan menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih
cepat dari pada bayi yang jarang disentuh.
5. Membantu beradaptasi ,bila berat badan si bayi sudah mencapai 2 kg bayi baru
boleh pulang.

b. Ketika di bawa pulang
1. Ibu belajar perawatan khusus ,dengan banyak berkomunikasi dengan dokter.
2. Memberikan ASI atau susu formula yang tepat
3. memberikan imunisasi , diberikan berdasarkan usia kelahiran tetapi hepatitis B
diberikan setelah berat badan mencapai 2 kg.
4. Mengkondisikan waktu tidur lebih lama..Bayi prematur membutuh waktu tidur
sekitar 18 jam sehari mengingat pertumbuhan fisik terjadi sangat pesat pada saat
anak tidur.
5. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua
harus berhati-hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus
meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Salah satu langkah penting yang
disarankan Hari adalah imbauan bagi siapa saja yang akan memegang bayi supaya
mencuci tangan terlebih dahulu. Kalau ada anggota keluarga yang sakit pun
sebaiknya jauh-jauh saja dari si kecil. 6. Berikan stimulus yang sesuai Setelah dipastikan 4 hal di atas tidak ada masalah, orang tua tidak perlu khawatir
untuk melakukan aktivitas rutin lainnya. Semisal mengajaknya bermain, menimang,
menggendong dan sebagainya. Untuk merangsang indra penglihatannya, tunjukkan
perbedaan warna gelap dan terang, gambar-gambar dan mainan berwarna cerah,
serta ekspresi wajah ayah dan ibu.Berikan bayi stimulus yang sesuai dengan
usianya.

c. Perawatan alternatif dengan metode kanguru Metode kanguru atau perawatan bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat badan rendah baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah. Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehinggga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar.
Keuntungan metode Kanguru-Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak -Menstabilkan suhu tubuh , denyut jantung , dan pernafasan bayi -Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik -Mengurangi strea pada ibu dan bayi -Mengurangi lama menangis pada bayi -Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi -Meningkatkan produksi asi -Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit -Mempersingkat masa rawat di rumah sakit
Cara Melakukan metode Kanguru-Beri bayi pakaian, topi , popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu -Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan kepala
bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk ,
kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak. -Dapat pula memeakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu , dan bayi diletakkan
diantara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai selendang yang
dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh. -Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat digunakan handuk atau kain lebar yang
elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi. -Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri , duduk , jalan,
makan dan mengobrol. Pada waktu tidur , posisi ibu setengah duduk atau dengan jalan
meletakkan beberapa bantal di belakang punggung ibu. -Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau orang lain. -Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi , pemantauan
bayi , cara pamberian asi , dan kebersihan ibu dan bayi.
Bagaimana jika Melahirkan Prematur?

Ketika melahirkan sebelum waktunya janganlah panik atau shok.Sebaiknya kita pilih rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai dan tentunya yang terdekat dengan tempat tinggal kita.Anak yang kita lahirkan akan segera ditangani pihak rumah sakit .Sehatkanlah badan ibu terlebih dahulu pasca melahirkan.Kalau siibu sudah sehat dan bisa berjalan segeralah menengok sang bayi diinkubator.Komunikasikanlah terus dengan pihak dokter kondisi anak.Biasanya dokter akan menyarankan agar ibu selalu dekat dengan sang bayi untuk mempercepat pertumbuhan berat badan bayi.Pertumbuhan berat badan pada pekan-pekan awal tidak terlalu pesat maka bersabarlah.Merawat bayi di inkubator membutuhkan biaya besar oleh karena itu persiapkan keuangannya.Hidup dan mati seseorang berada di tangan Allah SWT ,pasrahkanlah semuanya pada Allah SWT dan perbanyaklah do’a agar anak kita cepat normal.



DAFTAR PUSTAKA
Judul : Bayi Prematur, Cenderung Bermasalah
Alamat: www.republika.co.id
Penulis : - (sumber: Republika)

Judul : Insektisida lahirkan bayi prematur?
Alamat : http://satumed.com/
Penulis :brigitta widawati

Judul : Metode Kangguru Untuk Merawat Bayi Prematur.
Alamat : www.infoibu.com
Penulis : Dr.Suri Viana

Judul : Saat bayi Prematur Pulang ke rumah
Alamat : www.tabloid-nakita.com
Penulis : Irfan Hasuki

5. Judul : Information and Encouragement for your Preemie Baby and Preemie Child
Alamat : http://www.prematurity.org
Penulis : Allison Martin